* Saya pernah bertanya kepada salah seorang teman mengapa ia
begitu entengnya melakukan kemaksiatan, apakah ia tidak takut
neraka. Ia menjawab "yang penting kita tetep beragama Islam. Orang
islam
kan sudah dijamin masuk surga, walaupun harus mampir ke neraka
dahulu. Kita semua tidak lepas dari dosa, cuma para nabi dan wali
yang tidak punya dosa. Tapi
kan kita tidak selamanya di neraka. Mau
sebesar apapun dosa kita pasti masuk surga.".
>
> Rupanya bagi mereka, neraka menjadi hal yang biasa karena mereka
merasa mau tidak mau pasti mampir dahulu ke neraka untuk membakar
dosa-dosanya dan kemudian diangkat ke surga yang kekal. Yang penting
beragama Islam. Mau sebesar apapun dosanya, asalkan tetap beragama
Islam, mereka yakin pada akhirnya akan masuk surga juga. Pemahaman
inilah yang menyebabkan mereka tidak takut lagi pada neraka dan
karenanya tidak takut berbuat maksiat. Pokoknya yang penting tetap
Islam.
>
> Mereka mendasarkan pada hadits yang menyebutkan bahwa barang
siapa yang mengucapkan Tiada tuhan selain Allah sebelum matinya maka
akan masuk surga.
Ada banyak hadist yang senada dengan redaksi yang
berbeda-beda. Saya rasa maksud hadist tersebut tidak hanya sebatas
pada pengucapannya saja tapi juga disertai dengan bukti berupa
perbuatan. Jika hanya mengakui Allah sebagai Tuhannya lantas bisa
masuk surga, maka Iblis pun pantas masuk surga. Ketika iblis diusir
keluar dari surga, dia berdoa "Ya Tuhanku, beri tangguhlah kepadaku
sampai hari kebangkitkan" (QS Al-Hijr (15) : 36). Ini menandakan
Iblis mengakui Allah sebagai Tuhannya. Tapi pengakuan ini tidak
lantas membuat Iblis bisa masuk surga.
>
> Semestinya bila ada masalah, kita cari dulu dalam Al-Qur'an baru
kemudian mengacu pada Hadits. Bukan sebaliknya, hadits dulu baru Al-
Qur'an. Mari kita lihat apa kata Al-Quran tentang orang yang
mengucapkan pengakuan Tiada tuhan selain Allah.
>
> Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat
akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut
dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan surga
yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Q.S.Fushshilat (41) :30)
>
> Q.S. Al-Ahqaf (46) : 13 -14
> 13. Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah
Allah", kemudian mereka tetap istiqamah, Maka tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.
> 14. Mereka Itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di
dalamnya; sebagai Balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
>
> Jadi menurut Al-Quran seseorang masuk surga bukan hanya karena
mengucapkan Tiada Tuhan selain Allah semata tapi juga disertai
dengan pembuktian berupa keteguhan (istiqomah). Jika hanya
mengucapkan Tiada Tuhan selain Allah lantas masuk surga tentu
Fir'aun juga masuk surga karena sebelum matinya ia sempat mengakui
Allah sebagai Tuhannya. Seperti yang tertera dalam Al-Qur'an
surat
Yunus berikut ;
>
> "Dan Kami memungkinkan Bani Israil melintasi laut, lalu mereka
diikuti oleh Fir'aun dan bala tentaranya, karena hendak menganiaya
dan menindas (mereka); hingga bila Fir'aun itu telah hampir
tenggelam berkatalah dia: "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya Termasuk
orang-orang Islam" (Q.S. Yunus (10) : 90)
>
> Ucapan Fir'aun yang mengakui Allah sebagai Tuhan tidak diterima
karena ia tidak mempunyai waktu lagi untuk membuktikan keimanannya.
Waktunya sudah habis.
>
> Jadi jelaslah mengucap syahadat saja tidak cukup untuk meraih
surga. Dalam tulisan saya sebelumnya telah dijelaskan untuk bisa
masuk surga kita mesti beriman dan beramal sholeh dimana amal
kebaikan harus lebih banyak dari keburukan yang kita perbuat. Lalu
bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya, keburukan kita lebih
banyak dari amal kebaikan. Mari kita simak ayat berikut :
>
> (QS. Al Qaari'ah (101) : 8-9)
> 8. Dan Adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
> 9. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.
>
> "Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, Maka Itulah orang-
orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu
mengingkari ayat-ayat kami". (QS.Al-A'raf (7) : 9)
>
> Yang paling mengerikan sekaligus menjadi kabar kedukaan dan
peringatan bagi kita adalah ayat berikut ini ;
>
> "Dan Barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikannya) , Maka
mereka Itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, MEREKA
KEKAL di dalam neraka Jahannam". (Q.S. Al-Mukminuun (23) : 103)
>
> Kekal di neraka artinya tinggal selamanya (abadi) di neraka dan
tidak bisa keluar dari neraka.
>
> QS. Al Infithaar (82) : 14 - 16
> 14. Dan Sesungguhnya orang jahat (Al fujjaar)benar- benar berada
dalam neraka.
> 15. Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.
> 16. Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu.
>
> Al Fujjaar adalah julukan buat orang yang banyak berbuat
kejahatan (kemaksiatan) . Lawan katanya adalah Al Abror yaitu orang
yang banyak berbuat kebaikan.
>
> Jadi jelaslah, bagi kita yang banyak melakukan perbuatan dosa
melebihi kebaikan yang dilakukan, tempat kembalinya adalah neraka.
Ironisnya, kita tidak bisa keluar darinya alias kekal selama-
lamanya. Mengapa kita tidak bisa keluar dari neraka? Bukankah kita
masih memiliki timbangan kebaikan? Bukankah Allah akan
memperhitungkan setiap amal kebaikan kita walau sekecil biji zarrah
sekalipun?
>
> Jawabannya ada pada ayat berikut,
>
> Yang demikian itu adalah karena Sesungguhnya mereka mengikuti
apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci
keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.
(QS. Muhammad (47) : 28)
>
> Dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-
nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang
merugi. (QS Az zumar (39) : 65)
>
> Mempersekutukan Allah tidak mesti menyembah berhala atau meminta
bantuan dukun dan setan tapi juga termasuk di dalamnya adalah
mempertuhankan hawa nafsu.
>
> Jadi menurut ayat di atas amal kebaikan kita bisa terhapus oleh
keburukan yang kita perbuat. Hitungan sederhananya adalah sebagai
berikut, misalkan pahala kebaikan kita berjumlah 25 sedang dosa kita
berjumlah 75. Itu artinya timbangan kebaikan kita lebih ringan dari
keburukan. Lalu apa yang akan terjadi? Seperti yang telah saya
sebutkan dalam tulisan sebelumnya, amal kebaikan akan menghapus
dosa. Jika keburukan (70) dikurangi pahala (20) masih tersisa
keburukan 50. Dengan begitu Allah masih memperhitungkan amal
kebaikan kita, hanya saja kita termasuk orang yang merugi (bangkrut)
karena kebaikan kita tidak mencukupi untuk menutupi keburukan (dosa)
yang kita kerjakan. Akhirnya kita tidak memiliki amal kebaikan
sedikitpun dan akan menghadap Allah dalam keadaan berdosa.
>
> "Sesungguhnya Barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam Keadaan
berdosa, Maka Sesungguhnya baginya neraka Jahannam. ia tidak mati di
dalamnya dan tidak (pula) hidup. (QS. Thahaa (20) : 74)
>
> Sesungguhnya orang-orang yang berdosa kekal di dalam azab neraka
Jahannam. (QS. Az zukhruf (43) : 74)
>
> Sampai disini saya tak mampu melanjutkan tulisan ini. Terbayang
oleh saya betapa banyak dosa yang telah saya lakukan.
*
> Selama ini tanpa disadari saya pun terkadang ringan melakukan
dosa karena merasa telah menggenggam jaminan surga walau harus
membersihkan dosa terlebih dahulu di neraka. Kini saya sadari bahwa
itu keliru. Kita jangan seperti orang-orang Yahudi atau Nasrani yang
merasa yakin masuk surga walau harus mampir di neraka barang
sementara.
>
> (QS. Al Baqarah (2) : 80-81)
> 80. Dan mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak akan disentuh
oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari saja."
Katakanlah: "Sudahkah kamu menerima janji dari Allah sehingga Allah
tidak akan memungkiri janji-Nya, ataukah kamu hanya mengatakan
terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?"
> 81. (Bukan demikian), yang benar: Barangsiapa berbuat dosa dan
ia telah diliputi oleh dosanya, mereka Itulah penghuni neraka,
mereka kekal di dalamnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan